Recent Posts

Selasa, 29 Maret 2011

0 PAMEKASAN SEBAGAI KOTA BATIK



Kabupaten PAMEKASAN lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Istilah Pamekasan sendiri baru dikenal pada sepertiga abad ke-16, ketika Ronggosukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton Mandilaras.

Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehingga terjadi perubahan nama wilayah ini. Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya


Kemunculan sejarah pemerintahan lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke-15 berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sunoyo yang mulai merintis pemerintahan lokal di daerah Proppo atau Parupuk. Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan, Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura di Sumenep yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara.

Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad 15, tidak dapat disangkal bahwa kabupaten ini lahir pada jaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri.


Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bisa dipungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri telah sibuk dengan upaya mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya yang sangat besar, apalagi saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra. Sedangkan pada kehidupan masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-islam.

Tulisan-tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan Bahasa Belanda dan kemudian mulai diterjemahkan atau ditulis kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun lontar atau Layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.
Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggosukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja Pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya.

0 Penderita TBC di Pamekasan Meningkat 40%

Penderita TBC di Kabupaten Pamekasan terus mengalami peningkatan sekitar 30 sampai 40 persen sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 lalu. Demikian disampaikan BAMBANG BUDIONO wakil Supervisor TBC Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan pada Karimata FM, Jumat (25/03).(ken/tin)

Kata BAMBANG, penderita baru TBC tahun 2010 telah mencapai 759 orang. Jumlah ini melampaui target estimasi Departemen Kesehatan dengan perhitungan 107 per 100 ribu penduduk.

Oleh karena itu, Dinkes Pamekasn akan memaksimalkan program penanggulangan TBC dengan cara penjaringan suspect TB, kunjungan Rumah TB Positif dan pelacakan penderita drop out yakni penderita yang berhenti berobat.

Selama ini, BAMBANG mengakui, ada beberapa kendala dalam pemberantasan TBC. Diantaranya, kesadaran masyarakat bahwa TBC merupakan penyakit menular masih rendah, malu untuk memeriksakan diri dan ada penderita yang kebal obat.

BAMBANG menjelaskan, jika seseorang mulai mengalami batuk berdahak terus menerus selama lebih dari dua minggu, maka perlu diperiksa ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat. Ini bagian gejala khas penyakit TBC.

BAMBANG juga menegaskan bahwa TBC bukan penyakit keturunan melainkan penyakit menular melalui percikan dahak penderita. “Penyakit TBC ini bukan turunan, bukan santet, tapi jelas melalui penularan dahak. Karena itu, penderita TBC atau penderita batuk ada baiknya memakai masker dalam kontak dengan orang lain,”tegas BAMBANG.