Recent Posts

Sabtu, 02 April 2011

0 Menuju Pendidilkan yang Diimpi-impikan; Tolak Ukur Keberhasilan Pendidikan. Oleh A. Jazuli Advisor KOMPAS Periode 2010-2011

Sebuah Refleksi

Salam YACISTA!!1

Dewasa ini carut marut seputar pendidikan menjadi asupan yang tak pernah hengkang dari keseharian kita. Pendidikan selalu diteriakkan, diotak-atik serta diputar balik dari satu arah kearah yang lain. Namun semua itu rupanya belum mampu membawa pendidikan itu sendiri pada makna sejatinya. Barbagai macam usaha telah dilakukan. Bentuk usaha ini mungkin bisa kita lihat dari kebijakan program pemrintah yang sering mengubah bentuk kurikulum dari waktu ke waktu. Usaha keras ini patut menjadi sebuah ukuran akan bagaimana sesunguhnya hausnya manusia Indonesia terhadap pendidikan yang diimpi-impikan. Hal inilah yang menjadikan isu tentang pendidikan tak kunjung usai dibahas sehingga terkadang menjadi carut-marut dalam proses-prosesnya.

Tretan Semua!!

Dalam arti sempit, barangkali kita mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah proses mendapat serta transformasi pengetahuan atau informasi dalam sebuah lembaga formal sosial yaitu sekolah. Namun dalam arti luas pendidikan sejatinya didefinisikan sebagai sebuah proses memanusiakan manusia dengan mengembangkan nilai-nilai dasar yang dibawanya kearah yang positif.
Jika menilik dari pernyataan di atas, maka pendidikan sesungghunya sebuah jalan terjal yang membutuhkan pendekatan-pendekatan tertentu untuk mencapai apa yang dicita-citakan yang tentunya dengan segala problematika dan dinamika yang harus dijalani. Pendekatan-pendekatan inilah yang menjadi titik temu sekaligus benagmerah yang kemudian menentukan apakah pendidikan benar-benar berhasil atau tidak seperti apa yang memang dicita-citakan.

teman-teman semua!!

Ini tentunya bukanlah sesuatu yang mudah dalam pencapaianya. Namun setidaknya kita masih punya mimpi dan harapan untuk teerus mewujudkan bentuk pendidikan yang benar-benar pendidikan. Dalam hal ini, untuk sedikit mempermudah frame pikir kita, kita memerlukan tolak ukur sebuah keberhasilan.
Jika sebelumya pendidikan dalam arti luas kita definisikan sebagai usaha memanusiakan manusia dengan meningkatkan kualitas serta martabat yang dibawanya ke lingkaran positif, maka tolak ukur pendidikan kita adalah terwujudnya kesejahteraaan yang dibangun atas asas pembangunan nasional yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan martabat hidup masayarakat Indonesia yang sejahtera. Sehingga manusia Indonesia menjadi subjek sekaligus penerus pembangunan nasional.

Nah, sewajarnya kita sekarang merefleksikan Hari Pendidikan Nasional ini dengan sedikit berkotemplasi untuk memurnikan pendidikan yang kian carut marut dan tak tentu arah seperti sekarang ini.


Sekarang marilah kita tinggalkan sejenak diskursus diatas dan mulai memabaca keadaan pendidikan kita yang susungguhnya (real fact) yang ada di Republik tercinta ini. Sistem pendidikan pada khususnya.
Dalam hal ini menurut pandangan penulis Sistem Pendidkan yang di dalamnya memuat kurikulum ini adalah sebuah langkah konkret yang masih benbentuk yuridis formal. Satu hal yang hendaknya dikroscek ulang adalah bagaimanakah sistem itu mampu teraplikasikan. Panulis menilai, capaian dari sistem tersebut hanyalah berorientasi pada aspek kognitif saja. Sebut saja Ujian Akhir Nasional (UAN) yang masih debatable dan marak dibicarakan. Keberhasilannya hanyalah menitik bertakan pada aspek kognitif saja dengan mengabaikan aspek-aspek yang lain, seperti aspek psikomotor dan afektif. Hal semacam ini yang kemudian mangantarkan masyarakat Indonesia hanya pada kecerdasan intelegensi saja, tidak pada kecerdasan emosional dan spritual. Padahal untuk membangun Republik ini dengan kecerdasan intelegensi saja tidaklah cukup. Sehingga kiranya benar apa yang pernah dikatakan Muhammad Iqbal dalam bukunya, bahwa: Sistem pendidikan modern terkadang telah membuka para generasi pada berbagai hakikat dan makrifat. Akan tetapi sistem itu tidak pernah mengajarkan bagaimana matanya menangis dan hatinya Khusyu’.

Saudaraku sekalian!

Pertanyaan spekulatif yang kemudian muncul adalah, dari manakah sebenarnya pendidikan ini harus mengalami pembenahan?. Dalam pandangan penulis, ini adalah sebuah permasalahan yang kompleks dan serius. Sehingga dalam penangannyapun dibutuhkan pendekatan serta rangsangan yang cukup serius juga. Tindakan kolektif dari setiap jenjang masyarakat sangat menjadi penggerak dan penentu yang utama. Baik dari pihak pemerintah dalam mensyusun sistem pendidikan, perguruan tinggi dalam mencetak output yang kompeten serta dari masyarakat dalam upaya ikut andil mengawasi pendidikan yang ada. Barangkali itulah tawaran gagasan yang penulis formulasikan untuk negeri tercinta ini.

Salam YACISTA!!!


Oeh A. Jazuli.
Advisor KOMPAS periode 2010-2011

0 komentar:

Posting Komentar